The Unique Life

stories about men from women point of view...my point of view...

Thursday, February 16, 2006

Man Ego



MAN EGO

Kenapa pria selalu identik dengan egosentris? Apakah karena pria selalu merasa bahwa mereka adalah makhluk yang lebih dalam banyak hal dibandingkan dengan wanita?


Hari ini aku mengunjungi seorang teman di apartemen Mediterania, Julie.
Julie menelepon sambil menangis, memohon supaya aku segera datang ke apartemennya. Ia membutuhkan seseorang saat itu juga. Julie adalah mantan teman kuliahku. Tipe wanita yang sangat diidam-idamkan pria : cantik, seksi, rajin, feminim dan baik sekali. Terakhir kali aku bertemu dengannya sekitar 1 tahun yang lalu, di perayaan nikahnya dengan Ardy, seorang bankir sukses. Setelah pernikahannya, satu-satunya alat komunikasi kami adalah handphone.


Ketika aku bertemu dengannya, aku tidak percaya bahwa waktu telah merenggut semua kebanggaan yang pernah membuat Julie menjadi seorang wanita yang begitu bahagia. Tidak ada lagi rambut hitam panjang lurus, tidak ada lagi badan seksi nan aduhai, tidak ada lagi senyum yang selalu merekah. Semuanya itu digantikan oleh mata sembab dan biru, bibir pecah-pecah, rambut setengah awut-awutan diikat menjadi satu. Dan cerita klise itu keluar dari bibirnya….


“Gue bukan tipe istri yang tidak berbakti, Va. Semuanya gue lakukan buat Ardy! Sebutin aja! Nyuci baju, nyetrika, masak, ngepel. We don’t hire servants. He said I can take care of everything. Semuanya! Semuanya gue lakuin! Padahal gue masih kerja di PT XXX, Va! Tapi dia…that idiot! Hanya aku minta tolong cuci piring sebentar saja, dia langsung marah-marah. We had a huge fight and he punch me in my eye. The next day, I asked him about a girl calling to our house and….and…he threw me to the wall.”

Betapa seringnya cinta dijual murah

Hanya mengandalkan detak jantung yang menggebu

Dan mimpi indah tentang cinta

Seringkali kemudian kita terhempas oleh harga tersebut

Bahwa ternyata hati kita tidak terbeli

Dan cinta murah telah membelenggu hidup kita

Dan cinta murah merenggut kebahagiaan kita

Bahkan mungkin nyawa kita

“Hal ini sama saja seperti mengapa ada yang namanya rasis di dunia. White people think that they are more superior that the black ones. Menurut gue, kekerasan pria terhadap wanita , either itu di dalam rumah tangga, colak colek, sampai pemerkosaan, penyebabnya adalah karena kaum pria merasa mereka lebih kuat, lebih berkuasa daripada kaum hawa.”

(Andre – Internal Auditor)

“That’s what they said as man ego. Pria itu ingin menunjukkan bahwa they have more power dan mereka seharusnya lebih dominan.”

(Yoga – Programmer)

“Menurut gue, kekerasan rumah tangga itu bisa terjadi, awalnya adalah dari ajaran orang tua dari kecil. Gue merasa bahwa dari kecil, gue diajarin nyokap untuk sangat menghormati wanita. Sekarang, setelah mempunyai istri, gue juga ga segan-segan melakukan kerjaan rumah tangga. Sering, di adat timur, diajarkan bahwa wanita harus berada di bawah pria. Hal itu yang kemudian berkembang menjadi kekerasan dan dominasi pria di dalam rumah tangga.”

(William – Businessman)

Aku merenung di depan laptopku. Juli mungkin bukan wanita pertama yang mengalami hal seperti ini. Aku menunduk. Karena aku juga pernah mengalaminya. Seumur hidupku, belum pernah aku ditampar orang tuaku. Tetapi seseorang yang sudah menorehkan luka di hatiku, juga sudah menorehkan luka di pipiku. Tulang pipiku retak karena pukulannya. Hanya karena sesuatu hal kecil yang kemudian berkembang menjadi pertengkaran besar. Herannya, aku masih menjalani peran dalam drama kekerasan tersebut selama 3 tahun.


Kami, wanita tidak pernah meminta sesuatu yang berlebihan dalam suatu hubungan. Hanya cinta dan perhatian. Di saat kami membutuhkan perlindungan dari kekerasan dunia, sangatlah menyedihkan jika kekerasan tersebut justru datang dari sang pelindung yang kami harapkan. Karena seharusnya cinta itu tidak menyakitkan, secara mental maupun fisik.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home