The Unique Life

stories about men from women point of view...my point of view...

Tuesday, April 04, 2006

Renungan di Suatu Malam Bolong


RENUNGAN DI SUATU MALAM BOLONG


Aku termenung di pinggir jendela kamarku, memandang ke bawah. Malam ini adalah malam Minggu, saat semua mahkluk dengan pakain serba glamour dan seminim mungkin bergerilya ke tempat yang memiliki penerangan sesedikit mungkin dan dentuman bass musik sekeras mungkin. Dan aku di sini, termenung di depan jendela kamarku, merenungkan perjalanan hidupku selama ini.


Aku masih sendirian di sini setelah begitu banyak peristiwa romantis di dalam hidupku. Dari hubungan romantis ideal - aku dan kamu, hubungan romantis fantasi – aku, kamu, dia, ia dan dia, hubungan terlarang – aku dan kamu yang sudah memiliki dia, hubungan bolak balik – aku, kamu, dia, kamu, dia, aku. Tapi tetap aku masih sendirian sekarang, di sini.

Ia menelepon dan mengajakku pergi nonton. Aku bilang semua film sudah terekam dengan pasti di otakku. Dia menelepon dan mengajakku ke Puncak. Aku bilang Puncak pasti akan dipenuhi oleh semua orang Jakarta yang sedang mengalami depresi kehidupan kota metropolitan. Kamu menelepon dan mengajakku kembali menjalin hubungan. Aku tertegun dan begitu menginginkannya. Tetapi suatu kekuatan memaksaku untuk bilang bahwa hidup sudah sulit, tidak usah dipersulit lagi. Apa yang sudah ditinggalkan di belakang dan dianggap sampah tidah usah diambil kembali untuk menjadi hiasan. Akan terlalu besar usaha untuk melakukannya. Dengan mengatakan begitu, aku sudah menghancurkan hatimu, dan terlebih lagi hatiku sendiri.

Dan aku di sini, termenung sendiri di pinggir jendela kamarku. Melihat indahnya kota Jakarta di malam hari. Di sana ada seorang pria yang sedang menjalani detik-detik kehidupannya yang akan bertemu dengan detik kehidupanku suatu hari. Yang pasti bukan kamu, bukan dia dan bukan ia.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home