The Unique Life

stories about men from women point of view...my point of view...

Tuesday, November 28, 2006

k-4-n-G-3-n

Kerinduan sering menjadi suatu hal yang begitu menyakitkan

Menggerogoti setiap relung dan sudut hatiku

Membuatku begitu sulit bernafas

Setiap tarikan udara terasa beku dan menyiksa

Terlebih lagi karena tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan

’Ku hanya duduk terdiam, merenungi semua bayanganmu

Menikmati rasa bersalah memimpikanmu

Menggigit bibir sampai berdarah...berusaha berhenti menyebut namamu

Tapi rasa itu tidak akan pernah hilang

Sampai tembok itu berdiri di antara kita

Sampai engkau sudah menyimpan amarah padaku

Sampai kata “Yah…mau apa lagi…semuanya sudah terjadi…” terucap

Sampai waktu itu tiba…aku masih akan tetap merindukanmu









I miss him, I just can’t stop it. And it hurts so deep inside feeling that way. Lord, help me….

Wednesday, November 15, 2006

JOMBLO. Salahkah? Hinakah?



Malam Minggu kemarin aku baru habis ngemsi di Hotel Mercure, di sebuah acara amal yang diorganisir oleh suatu perkumpulan. Uniknya acara ini adalah perkumpulan tersebut adalah perkumpulan orang-orang yang masih single tapi sudah agak berumur. And there I was…by the pool side, holding the mic in the middle of 80 single people, with the black shirt and tight blue jeans plus a bling bling necklace that I just bought. Acaranya berlangsung dengan sangat baik. Dana yang terkumpul juga lumayan banget….untuk sebuah yayasan anak-anak jalanan.

Ketika waktu break dinner, aku duduk di samping tempat band dan mengamati beragam jenis manusia yang sedang memegang piring, mengunyah dan tetap masih berusaha membina pembicaraan hangat di antara mereka. Pada waktu itu, Yulius, teman lamaku yang disewa untuk menjadi event organizer untuk acara tersebut menyapaku,”Hey, Va….mana cowo lo?”

Aku tersenyum getir. Jauh di dalam hatiku, entah mengapa, aku tidak mau mempunyai kriteria umum yang bisa menjadikanku bagian dari perkumpulan tersebut. Aku langsung membuka handphoneku dan menunjukkan foto Jamie..”Doi lagi di Surabaya, Bro!”

Ketika Yulius melihat foto Jamie, ia melotot menatapku. ”Jamie?!? Jamie ’Young Generation’ ?!?!”

”Yah....gue lagi deket aja koq ama dia...”

”Wow....ck ck ck....Must be very great and amazing kalo bisa ama dia, Va....”

Yea, must be very good and amazing, Va….batinku.

Perbincangan selanjutnya dengan Yulius hanya sekitar Jamie. Bagaimana kariernya Jamie, akan roadshow ke mana Jamie dan bandnya, bagaimana detail hubunganku dengan Jamie, bagaimana orangnya, bolehkah Jamie memberikan foto dan tanda tangan originalnya kepada keponakan Yulius, dsb.

Dan ketika acara selesai. Banyak sekali pria-pria dalam perkumpulan tersebut yang mengerubungiku dan menanyakan hal-hal yang basa basi yang kemudian berakhir dengan :

”Boleh minta nomor handphonenya ga?”

Aku memberikan nomor handphone lamaku yang akan segera aku de-aktivasi akhir bulan ini. Was it mean?

”Kamu ga join dengan organisasi ini aja?”

Aku cuma memberikan senyum sekecil mungkin dan menggeleng dengan tegas. Was it mean?

”Tadi ngemsinya keren banget deh! Dah sering ngemsi pastinya ya. Tar saya juga ada acara...kamu yang ngemsi ya.”

”Tar liat deh waktunya cocok ato ngga. Saya lumayan padat jadwalnya.” Was it mean?

“Kamu cantik dan keren deh….”

Sebelum pria tersebut menyelesaikan kalimatnya, aku langsung memalingkan wajahku dan berjalan pergi. I was so mean!

Aku terdiam sekarang, di depan cermin, menatap make up di wajah yang sudah berantakan, tatanan rambut yang sudah awut-awutan, bau yang sudah bercampur antara parfum Kenzo Leu’Paur dan wangi udara pinggir kolam renang. Mengapa aku begitu takut di-cap sebagai jomblo? Apakah itu salah? Apakah itu hina? Apakah jika aku jomblo, berarti aku telah gagal dalam kehidupanku?


Aku tersenyum. Aku memang jomblo. Tapi bukan berarti aku tidak menikmati hidupku. Banyak sekali orang yang tidak jomblo, bahkan sudah berkeluarga tapi begitu ingin agar kehidupan ini segera berakhir pada detik itu juga. And here I am...begitu bersyukur akan keberadaanku. Ini bukan suatu kegagalan. Ada sesuatu yang harus aku pelajari terlebih dahulu di dalam ke-jomblo-an-ku ini.
Learning more to care about other people, learning more to take care of myself, learning more about love....


Aku meraih handphoneku dan memasang wallpaperHigh Quality Jomblo…Approved!” dan tersenyum.







It’s not wrong…it’s just a stepping stone to jump higher….