The Unique Life

stories about men from women point of view...my point of view...

Friday, June 30, 2006

My Dual Personality








Consider this as the half part of my dual personality

Because I hate you so much for doing this

Dragging me through the ups and downs of romance

But still I love to feel the butterflies in my stomach


See this as the whole picture of me having a dual personality

I feel like pushing you away to the deepest part of a deserted jungle

For being such a sweet and untouchable person at the same time

But then it’s dying inside me when you are not around


I guess it’s normal for being a dual personality

When everything feels like falling apart

Because you keep drawing back everytime the smell of beautiful commitment approaches

But then you will crawl back to me when I look away slowly


This is not a self defense system I am building here

It’s just a madness syndrome that people usually call as l-o-v-e

And yes, I am trapped in there and unable to explain myself clearly

So just consider me as having a dual personality


I have decided to walk away over and over again but never been able to win this mental fight, 27 June 2006

Wednesday, June 14, 2006

Cerita cinta 3 – The end is the beginning


Ada yang tidak kita miliki, Cinta….


Dunia ada di tangan kita

Kita miliki semua kuasa kebaikan dan keburukan di dalam genggaman kita

Remuknya perasaan, diterbangkan cinta, sakitnya rindu dan tangis penyesalan

Semuanya kita miliki


Ada yang tidak kita miliki, Cinta…

Aku tidak bisa memeluk tubuhmu, walaupun pasti jiwamu milikku

Tidak mungkin kupahat namaku di tubuhmu, karena itu bukan milikku

Jika malam datang, aku hanya menangis sendiri

Mengaduk pasir dan mengukir namamu dan namaku di sana

sampai kemudian air menghapusnya kembali


Ada yang tidak kita miliki, Cinta….


Waktunya tiba

Aku terduduk sendiri, sepi melawan waktu

Karena aku melepaskanmu terbang

Kembali ke pelukan insan yang lebih memilikimu, tubuh dan jiwamu


Hanya ada satu yang tidak kita miliki, Cinta….

Ikatan


You are one the best path I took that impacts my life, 10 Juni 2006

Friday, June 02, 2006

Cerita Cinta 2 – I was defeated by the essence of Love


Sudah cukup lama aku tidak merasakan fenomena kehidupan yang disebut sebagai “feeling the butterfly in your stomach”. Dengan agak bangga dan tersipu aku mengakuinya : Aku sedang merasakan fenomena itu lagi. Sayangnya…aku juga merasakan fenomena yang seringkali juga mengiringinya, yaitu “feeling the headache wondering if he feels the same too or not”.


Aku mengenalnya dari gereja. Kata orang-orang di sekitarku, dia adalah contoh produk peralihan dari gelap menjadi terang yang benar-benar sukses. Dengan masa lalu yang penuh dengan tinta hitam dan ungu (ungu selalu melambangkan cinta terlarang ga sih?), dia sekarang menjadi seorang pelayan yang penuh dengan hikmat dari Yang Di Atas. Aura di sekelilingnya begitu positif dan putih. Rasanya orang-orang berdosa seperti aku begitu takut mendekatinya…, takut mengotori auranya.

Setelah perkenalan yang singkat, beberapa hari kemudian, dia mulai memasuki detik-detik kehidupanku dengan SMS dan telepon di malam hari secara rutin. Kata hampir semua orang, pasti ada udang di balik batunya. Tapi aku ragu. Rasanya ini tidak normal. Kadang aku merasa dia melemparkan umpan untuk aku gigit, tapi kadang aku merasa menjadi proyek penelitian kerohaniannya.


Jika semua orang menanyakan perasaanku…pertama aku akan mengatakan bahwa keberadaannya begitu mengagumkan. Aku sempat bertanya kepada Tuhan apakah mungkin Dia menciptakan seseorang begitu sempurnanya. Kemudian aku akan mengatakan bahwa aku lelah. Mungkin memang sudah tidak waktunya aku mengikuti permainan petak umpet ala roman anak SMA, ala bungee jumping yang naik-turun-menegangkan-mempermainkan detak jantung. Aku akan mengatakan bahwa aku takut. Segala gerak-geriknya yang begitu suci dan penuh iman membuatku merasa kecil, malu dan hina. Bahkan aku akan mengatakan bahwa aku sebenarnya benci. Dia sudah mengobrak-abrik kestabilan perasaan sayangku pada diriku sendiri, sehingga aku harus membagi perasaan tersebut padanya…. tetapi dia hanya berdiri begitu dekat denganku dan menatapku tanpa emosi.

Besok dia akan pergi meninggalkan kota metropolitan ini, menuju ke daerah terpencil yang harus dijangkau dengan perjalanan manual selama 8 jam, mebawa sebuah tujuan mulia yang membuatku meringis (kembali merasa hina dan kecil). Dia akan pergi tanpa keinginan untuk tetap merentangkan komunikasi dengan kota Jakarta, selama 30 hari. Dan kedekatan aku dan dia selama ini tidak meninggalkan bekas apapun. Bahkan tidak ada sedikit pun senyum atau pesan penghibur lara sebelum dia berangkat. Aku menggigit bibir, menahan geram yang menyakitkan hatiku sendiri. Ini keterlaluan! Aku tidak kuat! Aku ikut bermain dalam permainan ini, berusaha menebak-nebak hasil akhir pertandingannya dan aku kembali kalah. Aku tidak mengikuti alur skenario ini. Terlalu membingungkan dan melelahkan. Yes, I was defeated by the essence of Love.


Terombang-ambing sambil masih menunggu bunyi telepon berdering, 28 Mei 2005