The Unique Life

stories about men from women point of view...my point of view...

Thursday, September 28, 2006

Why Do You Have To Be So Cute….?....It’s Impossible To Ignore You

Waking up, still in bed, and seeing your face on the wall

Skipping breakfast and drinking a lot of caffeine

Driving to work and wishing you were there with me

Staring at the blank monitor of my laptop

Daydreaming and missing you every second

Blushing everytime people around mentioning your name

Lunch is tasteless at all

It’s time to go back home, and I wish you were picking me up

Watching TV and not knowing what to watch

Smiling alone…giggling…remembering your jokes

Reading over and over again all the messages from you

Writing a lotta of love poem about you

Looking at no where, and seeing your face everywhere

Wiping those tears of loosing and ignoring

Going to bed without being able to sleep

O why do you have to be so cute? It’s impossible to ignore you


Just say goodnight and go……….Sept’28, 2006 00:30WIB

(inspired by FrowRow)

Sunday, September 24, 2006

...A Cry Baby...

Sudah lama sekali terakhir kali aku ingat aku menangis

Tapi sekarang, mata ini rasanya tidak ingin kubuka

Sembab dan basah

Terlalu sulit...semuanya terlalu sulit...

Am I such a cry baby?

Aku bahkan tidak mengerti mengapa mataku bengkak

Se-sakit itukah cinta? Se-menderita itukah cinta yang tertolak?

Aku menolak, dia menolak, kamu juga menolak

Semuanya itu membuatku muak dengan romantisme yang mengagungkan cinta

So tell me, am I such a cry baby?

Kenapa kita tidak bisa melewatkan appetizer dalam cinta

Dan langsung ke hidangan utama, tanpa manipulasi di dalamnya

Kenapa semuanya harus dimulai dengan suka, rindu, saat-saat menerka dan menebak

Kenapa kita tidak bisa langsung melompat kepadanya dan memeluknya erat

Aku benciiiiii dengan semua aturan-aturan dalam perasaan

So don’t ask me anymore why am I such a cry baby


Kenapa menciptakan cinta jika cinta harus sesulit itu… Sept 23, 2006 - 06:50pm

Wednesday, September 20, 2006

..Miss - Back Off – Munafik - Hurts..








(Ringtone Secret Garden-Bruce Springsteen)


Diva : Halo....

Jamie : Selamat malam...dengan Ibu Diva?

Diva : Iya. Dengan siapa ini?

Jamie : Malam, Bu Diva...ini dengan markas Oranye Studio....

Diva : (tergelak) Jamie!! (sambil dag dig dug serrrr)

Jamie : Hehehehe.....Lagi ngapain, Va?

Diva : Baru abis fitness niy…

Jamie : Rajin banget fitnessnya…

Diva : Lebih rajin latian kamu sih…Sehari bisa latian dua kali!

Jamie : (tertawa kecil) Ya…namanya juga hobi skalian nyari duit dari situ….

Diva : Hehehee……

Jamie : Kemaren abis nonton konser langsung pulang ya?

Diva : Iya tuh....

Jamie : Ouw...

Diva : Banyak banget cewe-cewe yang histeris…. Kamu gerak dikit aja…langsung pada tereak-tereak histeris gituh….. Hehehe.....

Jamie : Hehehe.... Ga nyangka ya bisa sampe segitunya...

Diva : Iya ih....

Jamie : Kamu ga pernah nyangka ya bakal ampe segitunya?

Diva : Hehehe....iya.....

Jamie : Iya tuh. Kelar aku konser, aku pers conference dulu kan bentar.... Kelar pers conference gitu, dah banyakkkk banget cewe-cewe yang nungguin di depan pintu ruangan gitu.

Diva : Wow..hebat dunkz….

Jamie : Yah….begitu lah, Va…. Tapi…emang......godaan gede banget yah….. (menghela nafas)

Diva : Yah.... kamu pasti bisa survive koq, Jam! Yang penting kamu harus semakin deket dengan Tuhan aja.

Jamie : Iya sih....

(Dua-duanya diam)

Jamie : O iya, aku dah ngasih testi di frenstermu lho... Dah di-approve blom?

Diva : Hehe....udah koq! Aku juga dah bales nge-testi-in kamu juga.... Btw, apa tuh maksudnya ”Hidup Jomblo!” ?

Jamie : (tergelak) Hahahaha....biar lucu aja lagi.... Tapi kemaren tuh pas diwawancara ama Indo Post, aku ditanyain apa masih jomblo... Aku sih jawabnya masih sih…tapi aku dah ready untuk berkeluarga banget….

Diva : Ouw…. (What did he mean by saying that?)

Jamie : Iya…. Dan aku kan juga lumayan suka masak tuh…. Boleh lah jadi bekal buat berkeluarga... Hahaha....

Diva : Hahahaha..... Masak apaan?

Jamie : Keahlianku sih nasi goreng..... Hehehe.....standar banget yah?

Diva : Hihi....ga koq....

Jamie : Tar yac...kapan-kapan aku masakin nasi goreng buat kamu.... Tapi ya musti belanja dulu yac.... Soalnya kan kudu istimewa gitu buat kamu....

Diva : (blushed dan langsung dag dig dug serrr lagi) Hehehe...bisa aja kamu.... (Come on! Say something nice and smart!!!)

Jamie : Ya udah deh...aku dah nyampe di Hotel Nikko, mo jumpa fans dulu yac.....

Diva : Ok....have fun yahh

Jamie : Hehehehe….ok! Sip!

Diva : Bubye

Jamie : Daghh….

Sepenggal cerita yang kutulis ulang dengan hati-hati, karena aku takut akan kembali hanyut dalam arus pasang dan surut perasaan suka kepada Jamie. Ketakutan itu membuatku semakin melangkah mundur, meskipun ketika gelombang kagum itu semakin mengikis isi hatiku. Aku sungguh tidak berani.

Seorang teman selalu menggodaku,”Senengnya bisa deket dengan artis yang terkenal….pasti banyak yang sirik tuh ama lo…”. Aku selalu menjawab,”Ga lagi....kita cuma temen koq....gue ga mungkin lah berani punya filing apa-apa ke dia...”. Jawaban itu selalu memberikan stempel ”munafik” di mukaku. Apakah aku memang munafik? Ataukah sebenarnya aku hanya terlalu takut untuk mengakui bahwa aku mungkin sudah jatuh terjerembab dalam kubangan i-wish-you-were-mine-but-i-know-that-it-is-so-impossible?

Baiklah. Ini adalah pengakuan dari hatiku yang terdalam. Aku suka pada Jamie. Aku sering memikirkan dia. Aku memasang image wajahnya yang dia kirimkan kepadaku lewat MMS di wallpaper handphoneku. Aku membuat kalkulasi resiko yang akan kuhadapi jika aku menjalin hubungan dengannya. Aku menulis banyak puisi setiap hari yang isinya hanya berkisar tentang cinta dan jatuh cinta. Aku merasa bahwa apa yang dilakukan Tom Cruise di Oprah Winfrey Show, melompat-lompat di atas sofa dan berteriak : ”I’m in love! I’m in love!”... adalah hal yang lazim sekali dan sangat masuk di akal.

Baik jugalah, ini adalah kesadaran yang masih aku miliki. Aku takut sekali bahwa ini hanya perasaan suka yang sementara karena gemerlap selebriti yang ada pada diri Jamie. Aku merasa bahwa aku menggantungkan harapan terlalu tinggi kepada seorang womanizer. Aku hampir yakin bahwa Jamie hanya menganggap aku sebagai seorang teman dan seorang fans yang baik hati.

Biarlah semuanya itu tetap berkecamuk di dalam hatiku. Aku akan tahu apa yang harus aku lakukan, karena akan datang waktunya di mana ada suara di hatiku yang membisikkan sesuatu supaya aku berani mengambil sesuatu dengan penuh keyakinan. Tapi waktu itu belum datang. And when the time came, I will grab it and be sooo thankful to God for it!

I do miss you, 32! And it hurts to know that I have decided to back off….. Sept 20,. 2006 10:23pm

Friday, September 15, 2006

A Story that has Never Been Written…


I thought I have been through this a longggg time ago. But darn…here I am…still having that identity crisis thingy. And I am stucked here, in front of my laptop, not knowing what to do.

Sering sekali di dalam hidup kita mempunyai begitu banyak pengetahuan tentang begitu banyak hal. Tapi kita tidak bisa mengaplikasikan apa yang kita tahu itu di dalam daily life kita. Dalam kasusku ini....seharusnya aku tahu bahwa having a crush on someone yang baru pernah kita temui kurang dari 10 kali dan hanya pernah SMS-an beberapa kali saja....that’s what we always call as i-n-f-a-t-u-a-t-i-o-n. (Banyak yang bertanya kepadaku, apa itu infatuation.....Well, I think dictionary is quite representative explaining it or thesaurus would do okay). Tapi meskipun aku tahu betul tentang infatuation syndrome itu, tetap saja aku tidak bisa melepaskan diri darinya.

Hari ini aku menonton konser kecil seorang teman baruku, Jamie. Ia seorang musisi, pemain gitar sekalian penyanyi. Jamie, yang baru kukenal selama 1 bulan dari teman les vokalku, kelihatan seperti seorang teman yang biasa sekali ketika kita pergi survey studio rekaman, ketika dia latihan dengan teman-temannya, atau ketika kita makan ketoprak dan minum jus pinggir jalan yang ternyata enak banget. Tapi hari ini, ketika aku berdiri di depan panggung itu, bercampur dengan ribuan orang yang ikut menyanyikan lirik yang keluar dari bibir Jamie dan beteriak histeris ketika ia tersenyum....aku langsung merasa kecil sekali.

Tidak pernah ada sesuatu yang istimewa antara aku dan dia memang. Kita hanya berteman, mengirim SMS seperti layaknya teman (sepertinya sih....), bercanda ala teman biasa saja, menelepon ketika ada keperluan. Tapi ketika aku merasakan sesuatu yang indah ketika melihat ia menyanyi di atas panggung sana, aku langsung merasa bahwa aku sudah kembali terpuruk dalam kondisi bodoh yang tidak bisa aku atur...... a stupid crush on Jamie.

Dan sekarang aku berdiri di depan cermin. Who do you think you are? Aku bertanya pada bayangan di cermin itu. Mana mungkin Jamie, seorang musisi yang sedang naik daun memperhatikan dirimu yang standar abisssss….sedangkan begitu banyak wanita-wanita cantik dan menarik yang mengantri hanya untuk menyentuh ujung celananya saja. Yup, sebut saja bahwa aku sedang mengalami krisis identitas. Aku tidak peduli dan aku sedang belajar untuk tidak peduli….Dalam kondisi seperti ini, hal-hal istimewa yang dilakukan Jamie kepadaku (menurut teman dekatku….), semuanya menjadi biasa, karena aku selalu menanggapinya dengan apatisme yang luar biasa.

He is so adorable. It’s the first beautiful thing that I realize. But I would never dare to imagine that we could share a nice relationship together. I guess, he is so far beyond my league….And I don’t have enough guts to take even a step ahead to start it…..

Aku selalu mempunyai solusi dan jawaban terhadap semua hal sulit yang aku lalui sebelum-sebelumnya (lihat saja posting-postingku di blog ini sebelumnya). Tapi kali ini aku bingung. Aku benar bingung. It’s a pure infatuation, and I am so sure about it. Beside, I could never be able to have a relationship with someone like Jamie. But I can’t stop thinking of him. I don’t know what to do and I don’t even know what I want to do. It’s just so complicated. Yup….this is a story that has never been written between a celebrity and a so-ordinary-but-so-dreamy person.

It’s not urgent…it’s not an S.O.S condition….but it’s important and I need to do something about it….Sunday, Sept 13, 2006.

Thursday, September 07, 2006

Over a Cup of Choco

Ironi....

Aku menginginkanmu, dan kamu mengetahuinya

Kamu menginginkanku, dan aku mengetahuinya

Kita berdua saling menginginkan, dan kita berdua tahu itu

Aku bukannya manusia tanpa otak dan logika

Tapi aku juga manusia dengan emosi yang berlimpah

Dan ketika aku begitu menginginkanmu, aku terhempas ke bawah

Dipukul oleh batasan sosial dan kesadaran empati

Kamu selalu menghindar setiap kali aku tersenyum

Tapi kamu selalu mencoba meraihku kembali ketika aku terdiam

Semua tanda-tanda begitu membingungkanku

Kerap aku selalu terduduk dan menatap nanar jari-jari kakiku

Apakah yang akan kita lakukan? Kamu tidak ingin tahu.

Apakah kita akan mengambil satu langkah ke depan? Aku tidak ingin tahu.

Apakah kita akan duduk diam dan menikmati perasaan ini saja? Kita sama-sama tidak tahu

Yang aku tahu, aku menikmati perasaan ini

Seperti aku menikmati suara desahan malaikat di malam hari

Yang merengkuh hatiku dalam ketenangan dan kedamaian

Keberadaanmu memporakporandakan susunan perasaan hatiku

Tapi membuatku selalu tersenyum


Told you I’d miss you after a cup of hot chocolate…..Friday noon….

..Love….Infatuation..


I think about you nights and days

Everything about you was dancing around in my mind

The way you speak, laugh, and look deep into my eyes, even the way you grin

When it comes to meeting up with you

I always get so nervous that I can’t control anything

I always try to look so perfect in front of you

I always have the butterfly tickling in the stomach

That was when I interpret those all as love

But now when I analyze things far beyond those all

Your laughs, smiles and eyes are not head-turning at all anymore

No more imaginations of you flirting around

I ask myself what is happening

Why is it that I am not nervous and excited anymore meeting up with you?

That was when I realize that it was just an infatuation

It took me a long time to differ love and infatuation…but now I still fall for the infatuation…help me…….Sept 07, 2006, 00:10am

Sunday, September 03, 2006

..Ternyata Aku Terkenal Juga..










It’s late at the morning…1 am…and I just got back from Steve’s wedding party. Aku merasa menjadi seorang selebriti yang begitu memasuki ruangan perayaan tersebut langsung dikerubuti oleh begitu banyak orang.

“Duh, Diva…aku pikir kamu yang berdiri di pelaminan sana lho…” (komentar seorang teman lama)

”Apa kabar, Va? Are you okay tonight?” (komentar seorang relasi yang (sok?) perhatian)

“Kita semua sedih banget lho malam ini. Ga ada seneng-senengnya….Pengennya sih kamu yang berdiri di depan sana ituh…” (komentar seorang saudara dekat Steve)

“Emangnya dulu kenapa sih? Ck ck ck…” (komentar seorang teman yang tidak begitu dekat, tapi penuh dengan simpati)

Kemanapun aku melangkah di ruangan itu, selalu ada orang yang menyapaku. Ada yang menyapa dengan ramah, sinis, kasihan, sedih, senang, cuek tapi berusaha sopan, kangen, sampai simpati. Aku sampai merasa bahwa wedding party Steve telah sekaligus menjadi ajang reuni dan penyampaian rasa simpati atas keadaan bahwa aku berdiri di bawah bukannya di atas pelaminan. But you know what, I really thank God dari semua yang diucapkan untukku, tidak ada satu kata pun yang bisa menorehkan bekas apapun di hatiku. Because I have got over it so long time ago.

It felt like tonight is part of my night, too, where everybody was just so eager to approach me and loved to chat with me with their personal reason. Aside from the fact that I don’t have enough time to enjoy the meal tonight, aku merasa bahagia malam ini. Yea, I really do! Karena ternyata aku terkenal juga…

It’s a genuine happiness and gladness I’m having here…and it feels strange….Sept 02, 2006 at pass 1 o’clock in the morning

The No-Turning Back-Point


2 hari yang lalu aku mendapatkan sebuah undangan tergeletak di atas mejaku. Dari warna dan designnya, aku sudah tahu apa dan dari siapa benda tersebut. Pink, persegi panjang dengan gambar mawar di ujung kanan atasnya. It’s Steve’s wedding invitation.

Aku mencoba menyelidiki jauh ke dalam hatiku. Adakah rasa sakit di sela-sela detak jantungku. Dan aku bisa tersenyum dengan bangga sambil mengatakan : ”Nope...there is no more hurt there. I am no more wounded…at all. I am just happy for them.” Tapi 5 menit kemudian aku menelepon seorang teman dan dengan nada yang tidak biasa (kesal bercampur bingung sepertinya) memberitahukan bahwa,”Jeung…si Steve merid akhir minggu ini!” Dan sungguh, jujur, aku menikmati makian-makian yang keluar dari bibir temanku tersebut.

Mungkin benar bahwa tipis sekali batas antara sakit dan senang. Ketika aku merasa bahwa aku sudah melewati fase menyimpan kepahitan dalam hati dan melepaskan doa-doa berkat kepada kedua sejoli tersebut, aku kembali terhenyak dalam kenyataan bahwa ternyata ada sedikit sekali noda kecemburuan bahwa aku masih sendiri di sini. Aku sudah tidak lagi mempertanyakan,”Kenapa bukan gue yang dia pilih?!? Apa sih lebihnya dia daripada gue?” Tapi masih ada sedikiit (i-nya tambah 1) sekali kilas balik peristiwa-peristiwa manis dulu.

Ketika aku hampir memutuskan untuk mengajak Troy, salah seorang olahragawan yang sedang naik daun yang baru aku kenal beberapa minggu yang lalu, untuk pergi ke acara penuh cinta tersebut (sayangnya bukan cintaku).........Di saat itu aku melihat seorang bapak-bapak yang sedang makan berdua dengan seorang gadis yang masih jauh lebih muda daripadaku di sudut cafe favoritku ini. Yang pasti itu bukan anaknya, karena pandangan bapak-bapak itu yang penuh nafsu dan remasan tangannya terhadap jemari-jemari lentik gadis tersebut. Dan pada detik itu juga, aku tersenyum sendiri walau strawberry squash yang sedang kuseruput asam banget! Betapa bodohnya aku....

Mengapa hampir kulupakan bahwa sekarang ini banyak sekali pernikahan yang berjalan paralel dengan perselingkuhan, perkelahian mulut, perkelahian fisik, pisah ranjang, pisah rumah bahkan pisah kehidupan. So when I hold his hands at the altar, saying that I will love him forever in any kind of conditions, swearing in the name of God that only death will do us part, I’d better be so sure that he is the right guy. Jika memang sampai pada saat ini, detik ini, aku belum memiliki keyakinan seperti itu, kenapa juga aku harus termenung, menatap nanar benda berwarna pink di hadapanku ini?

Bukan waktu yang akan mengatur keputusan hidupku yang satu ini. Bukan juga peraturan tak tertulis dalam etika kehidupan sosial. Terlebih lagi bukan rasa sepi di hati ini. One thing I learn, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa menentukan kapan, di mana, dan siapa yang harus kupegang hatinya untuk seumur hidupku. I know for sure that marriage is a no-turning back-point.

Maybe I should thank that old guy I saw in my favorite dining café….., August 30, 2006